Kamis, 17 Juli 2008

DUKA SEJARAH

Puisi menginspirasi perkembangan zaman, sehingga karya puisi besar tercipta untuk menandakan lahirnya suatu sejarah baru bagi umat manusia, dan bukan budak dari sejarah, kata penyair kondang, Sutardji Calzoum Bachri. "Jadi, puisi adalah pemicu bagi sejarah, bukan budak dari sejarah," ujar seniman berjulukan Presiden Penyair Indonesia itu.


DUKA SEJARAH

ingin sesekali aku bersunyi dari semua kecemasan yang bukan menjadi milikku
ketika di tengah peta aku sendirian terkial-kial mencari jejak dan jutaan nama
yang pernah kuhafal tetapi kini telah berubah menjadi simpang dan siur ketika kembali
cuba kubaca tetapi segalanya semakin menjadi tak keruan di dalam ingatan
berbaur dengan bau mayat dan darah yang melimpah semakin membasahi kelopak mata
dan di dalam tidur aku tak mampu menjauhkan segala igau
betapa dunia telah berubah menjadi sebuah negeri yang teramat bising dan ngeri
ketika hati mereka yang membusuk selalu berteriak meminta korban
dan tanah-tanah lindap bernama perkuburan juga semakin memberontak untuk menerima
jasad demi jasad yang sudah tak keruan bentuk dan wajahnya sehingga tak mungkin
dikenal siapa pemiliknya

aku tak tahu untuk apa semua pertengkaran dan pembunuhan
di tengah ini abad yang semakin mengenal tamadun
atau manusia telah menyunglap dirinya menjadi mesin pembunuh hanya untuk seinci
tanah dan kebongkakan yang dibungkus cermat dengan bahasa diplomasi
dan di bawah meja senjata dituding kembali atas nama kepercayaan serta kemerdekaan
sehingga di tubuhku semakin sarat ditimbuni korban

aku tak tahu

untuk apa segala duka yang diucap
dan bahasa diplomasi yang selalu hangat dipertontonkan dengan jabat tangan serta
ditayangkan di layar-layar lebar angkasa betapa manusia terlalu bijak ketimbang haiwan
dan di internet selalu berkumandang ucapan salam

ingin sekali aku bersunyi dari semua kecemasan yang bukan menjadi milikku
tetapi betapa hati mereka yang semakin membusuk selalu berteriak dan meminta korban
ketika aku terseok-seok sendirian di tengah peta yang kumal serta kuyup dibasahi darah
kembali bertanya entah untuk apa
dan dunia yang kuinjak bagaikan telah berubah menjadi sebuah medan para algojo
mempamerkan bakat serta kepintaran

aku tak tahu entah untuk apa
dan jika kau kembali bertanya di tengah dukaku ini aku tak mampu memberikan jawapan
kerana segalanya telah menjadi lindap dan berkelejat bersama bayang yang terlalu
menakutkan untuk suatu kepastian yang selalu terombang dan terambing

di antara kata
dan kepercayaan yang dibenamkan
dengan desing bom atau pekik mortar!

Kuantan
Disember 23, 2000

Tidak ada komentar: